Rabu, 30 Agustus 2017

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nyeri

Berbagai faktor dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri.Faktor ini mencakup nilai etnik dan budaya seseorang, tahap perkembangan, lingkungan dan orang pendukung, pengalaman nyeri sebelumnya, dan makna nyeri saat ini, serta ansietas dan stress.
a. Usia
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan skala nyeri kepada orangtua atau perawat. Pada masa orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Pada lansia, mereka lebih untuk tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka terima, menyangkal merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan media yang dilakukan dan takut akan penyakit dan rasa nyeri itu.
b. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Perry & Potter, 2008).

c. Nilai etnik dan budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri tersebut. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses sosialisasi. Misalnya, individu dalam sebuah budaya mungkin belajar untuk ekspresif terhadap nyeri, sementara individu dari budaya lain mungkin belajar untuk menyimpan perasaan nyerinya tersebut dan tidak mengganggu orang lain.
Walaupun tampaknya variasi ambang batas nyeri kecil, latar belakang budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi oleh seorang individu.Di beberapa budaya Timur Tengah dan Afrika, nyeri karena menyakiti diri sendiri adalah sebuah tanda berduka atau berkabung. Pada kelompok lain, nyeri mungkin terjadi sebagai bagian dan praktik ritual dan oleh karena itu menoleransi nyeri menandai kekuatan dan daya tahan. Selain itu, terdapat variasi bermakna dalam ekspresi nyeri.Beberapa studi menunjukkan bahwa individu turunan Eropa Utara cenderung lebih menyembunyikan dan kurang ekspresif terhadap rasa nyeri mereka dibandingkan individu yang berasal dari latar belakang Eropa Selatan.

d. Lingkungan dan orang pendukung
Lingkungan yang tidak dikenal seperti rumah sakit, dengan kebisingannya, cahaya, dan aktivitasnya, dapat menambah rasa nyeri.Selain itu, orang kesepian yang tidak memiliki jaringan pendukung dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu yang berat, sementara orang yang memiliki orang pendukung di sekitarnya dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu lebih ringan. Beberapa orang memilih untuk menarik diri jika mereka sedang merasa nyeri, sementara orang lain lebih memilih untuk mengalihkan rasa nyerinya kepada orang-orang dan aktivitas di sekitar mereka.
Harapan orang terdekat dapat mempengaruhi persepsi seseorang dan responnya terhadap nyeri.Dalam suatu situasi, misalnya, anak perempuan mungkin diperbolehkan untuk mengekspresikan rasa nyerinya secara lebih terbuka dibandingkan anak laki-laki.Peran keluarga juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan atau berespons terhadap nyeri. Misalnya, seorang ibu tunggal yang menjadi pendukung ketiga anaknya dapat mengabaikan rasa nyeri karena ia perlu tetap bekerja. Keberadaan orang pendukung seringkali mengubah reaksi klien terhadap nyeri.Misalnya, balita sering kali lebih menoleransi nyeri saat orang tua atau perawat pendukung berada di dekat mereka.

e. Pengalaman nyeri di masa lalu
Pengalaman nyeri di masa lalu mengubah sensitivitas klien terhadap nyeri.Individu yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang melihat penderitaan orang terdekat sering kali lebih terancam oleh kemungkinan nyeri dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman nyeri.Selain itu, barhasil atau tidak berhasilnya upaya pereda nyeri mempengaruhi harapan seseorang mengenai pereda nyeri.Misalnya, seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan pereda nyeri namun tidak berhasil mungkin memiliki sedikit harapan mengenai manfaat intervensi keperawatan.

f. Makna nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain, bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut. Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan sangat baik.Misalnya, seorang wanita yang melahirkan anak atau seorang atlet yang menjalani bedah lutut untung memperpanjang karirnya dapat menoleransi rasa nyeri dengan lebih baik karena manfaat yang dikaitkan dengan rasa nyeri tersebut.Klien ini dapat memandang nyeri sebagai sebuah ketidaknyamanan sementara dan bukan ancaman atau gangguan terhadap kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih menderita.Mereka dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan depresi karena mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan nyeri. Dalam situasi ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah ancaman bagi citra tubuh atau gaya hidup dan sebagai sebuah tanda kemungkinan menjelang kematian.

g. Ansietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari sesuatu yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri.Keletihan juga mengurangi kemampuan koping seseorang, sehingga meningkatkan persepsi nyeri.Apabila nyeri mengganggu tidur, keletihan dan ketegangan otot seringkali terjadi dan meningkatkan nyeri; sehingga terbentuk siklus nyeri-letih-nyeri. Individu yang mengalami nyeri yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri akan mengalami penurunan rasa takut dan ansietas, yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka. Persepsi berupa tidak dapat mengontrol nyeri atau merasa tidak berdaya cenderung meningkatkan persepsi nyeri. Klien yang mampu mengekspresikan nyeri kepada seorang pendengar yang perhatian dan berpartisipasi dalam membuat keputusan penatalaksanaan nyeri dapat meningkatkan  sensasi kontrol dan menurunkan persepsi nyeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar