Berbagai faktor dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi
seseorang terhadap nyeri.Faktor ini mencakup nilai etnik dan budaya seseorang,
tahap perkembangan, lingkungan dan orang pendukung, pengalaman nyeri
sebelumnya, dan makna nyeri saat ini, serta ansietas dan stress.
a. Usia
Pengaruh usia
pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Anak-anak
yang belum mempunyai kosakata yang banyak mempunyai kesulitan mendeskripsikan
secara verbal dan mengekspresikan skala nyeri kepada orangtua atau perawat.
Pada masa orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Pada lansia, mereka lebih untuk
tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka terima,
menyangkal merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan media
yang dilakukan dan takut akan penyakit dan rasa nyeri itu.
Secara umum
pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri.
Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria
dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang
unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Perry
& Potter, 2008).
c. Nilai
etnik dan budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan
ekspresi nyeri tersebut. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah
bagian dari proses sosialisasi. Misalnya, individu dalam sebuah budaya mungkin
belajar untuk ekspresif terhadap nyeri, sementara individu dari budaya lain mungkin
belajar untuk menyimpan perasaan nyerinya tersebut dan tidak mengganggu orang
lain.
Walaupun tampaknya variasi ambang batas nyeri kecil, latar
belakang budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi oleh
seorang individu.Di beberapa budaya Timur Tengah dan Afrika, nyeri karena
menyakiti diri sendiri adalah sebuah tanda berduka atau berkabung. Pada
kelompok lain, nyeri mungkin terjadi sebagai bagian dan praktik ritual dan oleh
karena itu menoleransi nyeri menandai kekuatan dan daya tahan. Selain itu,
terdapat variasi bermakna dalam ekspresi nyeri.Beberapa studi menunjukkan bahwa
individu turunan Eropa Utara cenderung lebih menyembunyikan dan kurang
ekspresif terhadap rasa nyeri mereka dibandingkan individu yang berasal dari
latar belakang Eropa Selatan.
d. Lingkungan
dan orang pendukung
Lingkungan yang tidak dikenal seperti rumah sakit, dengan
kebisingannya, cahaya, dan aktivitasnya, dapat menambah rasa nyeri.Selain itu,
orang kesepian yang tidak memiliki jaringan pendukung dapat mempersepsikan
nyeri sebagai sesuatu yang berat, sementara orang yang memiliki orang pendukung
di sekitarnya dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu lebih ringan. Beberapa
orang memilih untuk menarik diri jika mereka sedang merasa nyeri, sementara
orang lain lebih memilih untuk mengalihkan rasa nyerinya kepada orang-orang dan
aktivitas di sekitar mereka.
Harapan orang terdekat dapat mempengaruhi persepsi
seseorang dan responnya terhadap nyeri.Dalam suatu situasi, misalnya, anak
perempuan mungkin diperbolehkan untuk mengekspresikan rasa nyerinya secara
lebih terbuka dibandingkan anak laki-laki.Peran keluarga juga dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan atau berespons terhadap nyeri.
Misalnya, seorang ibu tunggal yang menjadi pendukung ketiga anaknya dapat
mengabaikan rasa nyeri karena ia perlu tetap bekerja. Keberadaan orang
pendukung seringkali mengubah reaksi klien terhadap nyeri.Misalnya, balita
sering kali lebih menoleransi nyeri saat orang tua atau perawat pendukung
berada di dekat mereka.
e. Pengalaman
nyeri di masa lalu
Pengalaman nyeri di masa lalu mengubah sensitivitas klien
terhadap nyeri.Individu yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang melihat
penderitaan orang terdekat sering kali lebih terancam oleh kemungkinan nyeri
dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman nyeri.Selain itu, barhasil
atau tidak berhasilnya upaya pereda nyeri mempengaruhi harapan seseorang
mengenai pereda nyeri.Misalnya, seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan
pereda nyeri namun tidak berhasil mungkin memiliki sedikit harapan mengenai
manfaat intervensi keperawatan.
f. Makna
nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri
dibandingkan klien lain, bergantung pada keadaan dan interpretasi klien
mengenai makna nyeri tersebut. Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri
dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan sangat
baik.Misalnya, seorang wanita yang melahirkan anak atau seorang atlet yang
menjalani bedah lutut untung memperpanjang karirnya dapat menoleransi rasa
nyeri dengan lebih baik karena manfaat yang dikaitkan dengan rasa nyeri
tersebut.Klien ini dapat memandang nyeri sebagai sebuah ketidaknyamanan
sementara dan bukan ancaman atau gangguan terhadap kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat
merasa lebih menderita.Mereka dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan
depresi karena mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan
nyeri. Dalam situasi ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah ancaman bagi
citra tubuh atau gaya hidup dan sebagai sebuah tanda kemungkinan menjelang
kematian.
g. Ansietas
dan stress
Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari sesuatu
yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang
menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri.Keletihan juga
mengurangi kemampuan koping seseorang, sehingga meningkatkan persepsi
nyeri.Apabila nyeri mengganggu tidur, keletihan dan ketegangan otot seringkali
terjadi dan meningkatkan nyeri; sehingga terbentuk siklus nyeri-letih-nyeri.
Individu yang mengalami nyeri yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri
akan mengalami penurunan rasa takut dan ansietas, yang akan menurunkan persepsi
nyeri mereka. Persepsi berupa tidak dapat mengontrol nyeri atau merasa tidak
berdaya cenderung meningkatkan persepsi nyeri. Klien yang mampu mengekspresikan
nyeri kepada seorang pendengar yang perhatian dan berpartisipasi dalam membuat
keputusan penatalaksanaan nyeri dapat meningkatkan sensasi kontrol dan menurunkan persepsi
nyeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar