Proses mekanisme nyeri melewati beberapa tahap, yaitu diawali dengan adanya stimulus, transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Andarmoyo 2013).
Seperti halnya berbagi stimulus yang didasari lainnya,
persepsi nyeri diantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebegai reseptor,
pendeteksi stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem safar pusat.
Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor.
Mereka tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam
jaringan dalam tertentu, seperti periosteum,
dinding arteri, permukaan sendi serta falks
dan tentorium serebri (Guyton, 1995
dalam Andarmoyo, 2013).
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, yaitu nosiseptor
mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis, misalnya tusukan, benturan,
atau cubitan; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan
terutama panas; nosiseptor polimodal yang berespon setara terhadap semua jenis
rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari
jaringan yang cedera (Sherwood, 2001 dalam Andarmoyo, 2013). Nociceptor (ujung-ujung saraf bebas pada
kulit yang berespon terhadap stimulus) berhubungan dengan saraf aferen primer
dan berujung di spinal cord
(SSP). Bila ada suatu stimulasi yang
berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik, atau panas, stimulasi itu diubah
menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer. Selanjutnya akan ditransmisikan
sepanjang saraf aferen ke spinal cord. Stimulus tersebut dapat berupa
protopatik (noxious) dan epikritik (nonnoxious). Stimulasi epikritik (sentuhan
ringan, tekanan, propriosepsi, dan perbedaan tempratur) ditandai dengan
reseptor ambang rendah yang secara umum dihantarkan oleh serabut saraf
bermielin. Sebaliknya, stimulus protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor
ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin lebih kecil (A
Delta) serta serabut saraf tak bermielin (serabut C).
Meskipun aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri
pada kulit akan menyebabkan hubungan visceral dari serabut yang sama, hal
sebaliknya juga terjadi. Stimulasi kuat pada serabut cabang visceral dapat
mengakibatkan vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan dengan
serabut tersebut. Hasilnya disebut dengan nyeri alih.
2)
Transduksi
Tranduksi merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri
(noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu
(panas), atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologi karena
mediator-mediator kimia seperti prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari
plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari
ujung saraf nyeri memengaruhi juga nosiseptor di luar daerah trauma sehingga
lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya, terjadi proses sensitisasi perifer, yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator
tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya, nyeri dapat timbul
karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan terjadinya
sensitisasi sentral, yaitu hiperkistabilitas
neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron
simpatis dan perubahan intraseluler
yang menyebbkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi
impuls saraf.
3)
Transmisi
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari nociceptor secara perifer melewati
cornus dorsalis dan corda spinalis menuju korteks serebri. Cornus dorsalis dari
medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Sebarut
perifer (missal reseptor nyeri) berakhir di sini dan serabut traktus sensori
asenden berawal di sini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neuronal
desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian
bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri.
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem
asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor
yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron
dalam cornus dorsalis yang ketika diaktifkan menghambat atau memutuskan
transmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras
asenden dan megaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecenderungan ini berlalu
tanpa perlawanan, banyak aktivitas kehidupan sehari-hari yang akan terganggu.
Akibat sostem yang akan menutup “gerbang”. Stimulasi dari neuron inhibitori
sistem asenden menutup gerbang untk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi
nyeri.
Transmisi nyeri
terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor) yang terdiri dari dua macam, yaitu serabut A (A delta)
yang peka terhadap nyeri tajam dan panas disebut juga dengan first pain/ fast pain dan serabut C (C
fiber) yang peka terhadap nyeri tumpul dan lama yang disebut second pain/ slow pain.
Zat-zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsi
nyeri meliputi histamine, bradikinin,
asetilkolin, dan substensi
P.Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin (Smeltzer & Bare, 2002). Di sisi lain,
tubuh juga mengeluarkan endorphin dan
enkefalin. Substansi ini berfungsi
sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Apabila tubuh mengeluarkan
substansi-substansi ini maka satu efeknya adalah perbedaan nyeri.
Contoh transmisi
nyeri yang melalui serabut saraf C adalah nyeri cedera dan nyeri inflamasi.
Pada kondisi inflamasi, akan meningkatkan pengeluaran mediator inflamasi
seperti sitokin proinflamasi, kemokin, yang dapat meningkatkan sensitivitas nociceptor sehingga akan menurunkan
ambang rasa nyeri sehingga terjadilah nyeri. Contoh mediator inflamasi yang
terstimulasi akibat proses infeksi diantaranya mediator inflamasi yang
terstimulasi akibat proses infeksi diantaranya prostaglandin, leukotriene,
bradikinin yang terstimulasi pada nyeri inflamasi, sedangkan substansi P, CGRP
(Calcitonin Gene-related, Peptide)
terstimulasi pada myeri neurogenik.
4)
Modulasi
Modulasi adalah poses pengendalian internal oleh sistem
sadar, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan
terjadi melalui sistem analgesia endogen yang
melibatkan bermacam-macam neurotransmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.
Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey
(PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pascasinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.
5)
Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan safar pusat
tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasi interaksi
sistem safar sensoris, informasi kognitif (korteks
serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus
dan amigdala). Persepsi menentukan
berat ringannya nyeri yang dirasakan.
Setelah
sampai ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa
prilaku dan ucapan yang merespon adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan
seperti menghindari stimulus nyeri, atau ucapan akibat respon nyeri seperti
“aduh”, “auw”, “ah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar