Rabu, 30 Agustus 2017

Bagaimana Proses Nyeri


Proses mekanisme nyeri melewati beberapa tahap, yaitu diawali dengan adanya stimulus, transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi (Andarmoyo 2013).



1)      Stimulus
Seperti halnya berbagi stimulus yang didasari lainnya, persepsi nyeri diantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebegai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem safar pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor. Mereka tersebar luas dalam  lapisan superficial kulit dan juga dalam jaringan dalam tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi serta falks dan tentorium serebri (Guyton, 1995 dalam Andarmoyo, 2013).
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, yaitu nosiseptor mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis, misalnya tusukan, benturan, atau cubitan; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan terutama panas; nosiseptor polimodal yang berespon setara terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera (Sherwood, 2001 dalam Andarmoyo, 2013). Nociceptor (ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus) berhubungan dengan saraf aferen primer dan berujung di spinal cord (SSP).  Bila ada suatu stimulasi yang berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik, atau panas, stimulasi itu diubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer. Selanjutnya akan ditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord. Stimulus tersebut dapat berupa protopatik (noxious) dan epikritik (nonnoxious). Stimulasi epikritik (sentuhan ringan, tekanan, propriosepsi, dan perbedaan tempratur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang secara umum dihantarkan oleh serabut saraf bermielin. Sebaliknya, stimulus protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin lebih kecil (A Delta) serta serabut saraf tak bermielin (serabut C).
Meskipun aktivasi yang kuat dari serabut reseptor nyeri pada kulit akan menyebabkan hubungan visceral dari serabut yang sama, hal sebaliknya juga terjadi. Stimulasi kuat pada serabut cabang visceral dapat mengakibatkan vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan dengan serabut tersebut. Hasilnya disebut dengan nyeri alih. 

2)      Transduksi
Tranduksi merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologi karena mediator-mediator kimia seperti prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf nyeri memengaruhi juga nosiseptor di luar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya, terjadi proses sensitisasi perifer, yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya, nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan terjadinya sensitisasi sentral, yaitu hiperkistabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebbkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan  nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf.

3)      Transmisi
Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari nociceptor secara perifer melewati cornus dorsalis dan corda spinalis menuju korteks serebri. Cornus dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori. Sebarut perifer (missal reseptor nyeri) berakhir di sini dan serabut traktus sensori asenden berawal di sini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem neuronal desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri.
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam cornus dorsalis yang ketika diaktifkan menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden dan megaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecenderungan ini berlalu tanpa perlawanan, banyak aktivitas kehidupan sehari-hari yang akan terganggu. Akibat sostem yang akan menutup “gerbang”. Stimulasi dari neuron inhibitori sistem asenden menutup gerbang untk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri.
Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut nociceptor) yang terdiri dari dua macam, yaitu serabut A (A delta) yang peka terhadap nyeri tajam dan panas disebut juga dengan first pain/ fast pain dan serabut C (C fiber) yang peka terhadap nyeri tumpul dan lama yang disebut second pain/ slow pain.
Zat-zat kimia yang meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamine, bradikinin, asetilkolin, dan substensi P.Prostaglandin adalah zat kimia yang diduga dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin (Smeltzer & Bare, 2002). Di sisi lain, tubuh juga mengeluarkan endorphin dan enkefalin. Substansi ini berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri. Apabila tubuh mengeluarkan substansi-substansi ini maka satu efeknya adalah perbedaan nyeri.
Contoh transmisi nyeri yang melalui serabut saraf C adalah nyeri cedera dan nyeri inflamasi. Pada kondisi inflamasi, akan meningkatkan pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi, kemokin, yang dapat meningkatkan sensitivitas nociceptor sehingga akan menurunkan ambang rasa nyeri sehingga terjadilah nyeri. Contoh mediator inflamasi yang terstimulasi akibat proses infeksi diantaranya mediator inflamasi yang terstimulasi akibat proses infeksi diantaranya prostaglandin, leukotriene, bradikinin yang terstimulasi pada nyeri inflamasi, sedangkan substansi P, CGRP (Calcitonin Gene-related, Peptide) terstimulasi pada myeri neurogenik.

4)      Modulasi
Modulasi adalah poses pengendalian internal oleh sistem sadar, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotransmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pascasinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

5)      Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan safar pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasi interaksi sistem safar sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.
Setelah sampai ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa prilaku dan ucapan yang merespon adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan seperti menghindari stimulus nyeri, atau ucapan akibat respon nyeri seperti “aduh”, “auw”, “ah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar