Rabu, 30 Agustus 2017

Bagaimana Cara Mengukur Skala Nyeri ?

Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri merupakan masalah yang relatif sulit. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan untuk menilai intensitas nyeri, antara lain:

Skala  pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS)
VDS merupakan sebuah garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendisktipsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai sangat nyeri. Pengukur menunjukkan kepada pasien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas neri yang dirasakannya. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori untuk mendiskripsikan nyeri.
Gambar Verbal Descriptor Scale (VDS)
 
 




Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)
NRS lebih digunakan sebagai pengganti atau pendamping VDS. Dalam hal ini klien memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai skala 10. Skala paling efektif digunakan dalam mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Penggunaan skala NRS biasanya dipakai patokan 10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri yang dinilai pasien akan dikategorikan menjadi :
1)      Skala 0 : tidak nyeri
2)      Skala 1-3 : nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
3)      Skala 4-6 : secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan, dapat mengikuti perintah dengan baik
4)      Skala 7-9 : secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi napas panjang dan distraksi
5)      Skala 10 : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Gambar Numerical Rating Scale (NRS)







Skala Analog Visual (Visual Analog Scale/VAS)
Menurut McGuire dalam potter dan perry (2005) dalam Hidayat (2016), Vas merupakan pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angkan yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada suatu waktu. VAS tidak melabelkan suatu definisi, melainkan hanya terdiri atas sebuah garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10 segmen dengan angka 0 sampai 10 dan memiliki alat. Pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan. Skala ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi keparahan pasien.
VAS modifikasi dapat digunakan pada anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan kognitif, menggantikan angka dengan kontinum wajah yang terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari yang sedang tersenyum ( tidak merasakan nyeri), kemudian kurang bahagia, wajah sangat sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan (sangat nyeri) (Hidayat, 2016). Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan skala tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan skala wajah ini pada orang-orang dewasa. Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengonsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif bermanfaat bukan saha dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, melainkan juga mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan skala setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih buruk untuk menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter & Perry, 2006 dalam Andarmoyo, 2013).
Gambar Visual Analog Scale (VAS)

 




Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nyeri

Berbagai faktor dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri.Faktor ini mencakup nilai etnik dan budaya seseorang, tahap perkembangan, lingkungan dan orang pendukung, pengalaman nyeri sebelumnya, dan makna nyeri saat ini, serta ansietas dan stress.
a. Usia
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan skala nyeri kepada orangtua atau perawat. Pada masa orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Pada lansia, mereka lebih untuk tidak melaporkan nyeri karena persepsi nyeri yang harus mereka terima, menyangkal merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi atau tindakan media yang dilakukan dan takut akan penyakit dan rasa nyeri itu.
b. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin (Perry & Potter, 2008).

c. Nilai etnik dan budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri tersebut. Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses sosialisasi. Misalnya, individu dalam sebuah budaya mungkin belajar untuk ekspresif terhadap nyeri, sementara individu dari budaya lain mungkin belajar untuk menyimpan perasaan nyerinya tersebut dan tidak mengganggu orang lain.
Walaupun tampaknya variasi ambang batas nyeri kecil, latar belakang budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi oleh seorang individu.Di beberapa budaya Timur Tengah dan Afrika, nyeri karena menyakiti diri sendiri adalah sebuah tanda berduka atau berkabung. Pada kelompok lain, nyeri mungkin terjadi sebagai bagian dan praktik ritual dan oleh karena itu menoleransi nyeri menandai kekuatan dan daya tahan. Selain itu, terdapat variasi bermakna dalam ekspresi nyeri.Beberapa studi menunjukkan bahwa individu turunan Eropa Utara cenderung lebih menyembunyikan dan kurang ekspresif terhadap rasa nyeri mereka dibandingkan individu yang berasal dari latar belakang Eropa Selatan.

d. Lingkungan dan orang pendukung
Lingkungan yang tidak dikenal seperti rumah sakit, dengan kebisingannya, cahaya, dan aktivitasnya, dapat menambah rasa nyeri.Selain itu, orang kesepian yang tidak memiliki jaringan pendukung dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu yang berat, sementara orang yang memiliki orang pendukung di sekitarnya dapat mempersepsikan nyeri sebagai sesuatu lebih ringan. Beberapa orang memilih untuk menarik diri jika mereka sedang merasa nyeri, sementara orang lain lebih memilih untuk mengalihkan rasa nyerinya kepada orang-orang dan aktivitas di sekitar mereka.
Harapan orang terdekat dapat mempengaruhi persepsi seseorang dan responnya terhadap nyeri.Dalam suatu situasi, misalnya, anak perempuan mungkin diperbolehkan untuk mengekspresikan rasa nyerinya secara lebih terbuka dibandingkan anak laki-laki.Peran keluarga juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan atau berespons terhadap nyeri. Misalnya, seorang ibu tunggal yang menjadi pendukung ketiga anaknya dapat mengabaikan rasa nyeri karena ia perlu tetap bekerja. Keberadaan orang pendukung seringkali mengubah reaksi klien terhadap nyeri.Misalnya, balita sering kali lebih menoleransi nyeri saat orang tua atau perawat pendukung berada di dekat mereka.

e. Pengalaman nyeri di masa lalu
Pengalaman nyeri di masa lalu mengubah sensitivitas klien terhadap nyeri.Individu yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang melihat penderitaan orang terdekat sering kali lebih terancam oleh kemungkinan nyeri dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman nyeri.Selain itu, barhasil atau tidak berhasilnya upaya pereda nyeri mempengaruhi harapan seseorang mengenai pereda nyeri.Misalnya, seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan pereda nyeri namun tidak berhasil mungkin memiliki sedikit harapan mengenai manfaat intervensi keperawatan.

f. Makna nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain, bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut. Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan sangat baik.Misalnya, seorang wanita yang melahirkan anak atau seorang atlet yang menjalani bedah lutut untung memperpanjang karirnya dapat menoleransi rasa nyeri dengan lebih baik karena manfaat yang dikaitkan dengan rasa nyeri tersebut.Klien ini dapat memandang nyeri sebagai sebuah ketidaknyamanan sementara dan bukan ancaman atau gangguan terhadap kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih menderita.Mereka dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan depresi karena mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan nyeri. Dalam situasi ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah ancaman bagi citra tubuh atau gaya hidup dan sebagai sebuah tanda kemungkinan menjelang kematian.

g. Ansietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari sesuatu yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri.Keletihan juga mengurangi kemampuan koping seseorang, sehingga meningkatkan persepsi nyeri.Apabila nyeri mengganggu tidur, keletihan dan ketegangan otot seringkali terjadi dan meningkatkan nyeri; sehingga terbentuk siklus nyeri-letih-nyeri. Individu yang mengalami nyeri yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri akan mengalami penurunan rasa takut dan ansietas, yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka. Persepsi berupa tidak dapat mengontrol nyeri atau merasa tidak berdaya cenderung meningkatkan persepsi nyeri. Klien yang mampu mengekspresikan nyeri kepada seorang pendengar yang perhatian dan berpartisipasi dalam membuat keputusan penatalaksanaan nyeri dapat meningkatkan  sensasi kontrol dan menurunkan persepsi nyeri.

Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis


Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Pengalaman

Suatu kejadian. Jika klien baru pertama kali mengalami episode nyeri, persepsi pertama tentang nyeri akan mengganggu mekanisme kopingnya. Setiap orang belajar dari pengalaman nyerinya. Akan tetapi, pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu membuat individu mampu menerima nyeri dengan mudah.

Suatu situasi, status eksistensi nyeri. Jika klien telah sering mengalami episode nyeri tanpa pernah sembuh atau klien mengalami nyeri yang berat, rasa cemas atau bahkan takut dapat muncul. Sebaliknya, jika klien pernah mengalami nyeri yang sama berulang-ulang dan ia berhasil mengatasinya, akan lebih mudah bagi klien untuk menginterpretasikan sensasi nyeri yang muncul. Dengan demikian, klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan yang diperlukan guna menghilangkan nyeri.

Sumber

Sebab eksternal atau penyakit yang berasal dari dalam.

Sumber nyeri tidak diketahui; klien sukar menentukan sumber nyeri karena penginderaan nyeri yang sudah lebih dalam.

Serangan

Mendadak.

Bisa mendadak atau bertahap.

Durasi

Transien (sampai 6 bulan)

Beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Pernyataan nyeri

Daerah nyeri umumnya diketahui dengan pasti. Klien yang mengalmi nyeri ini sering kali merasa takut dan khawatir dan berharap nyeri dapat segera teratasi. Nyeri ini dapat hilang setelah area yang mengalami gangguan kembali pulih.

Daerah yang nyeri dan yang tidak, intensitasnya menjadi sukar di evaluasi. Klien yang mengalami nyeri ini kerap merasa tidak aman karena mereka tidak tahu apa yang mereka rasakan. Dari hari ke hari klien mengeluh mengalami keletihan, insomnia, anoreksia, depresi, putus asa, dan sulit mengontrol emosi.

Gejala klinis
Pola respons khas, dengan gejala yang lebih jelas.

Pola respons bervariasi. Terkadang klien bisa mengalami remisi (gejala hilang sebagian atau seluruhnya) dan eksaserbasi (gejala semakin parah)

Perjalanan

Penderita biasanya melaporkan berkurangnya gejala setelah beberapa waktu.

Berlangsung terus atau intermiten, intensitas bervariasi atau tetap konstan.

Prognosis
Baik dan mudah untuk dihilangkan.
Penyembuhan yang sempurna biasanya tidak mungkin.